Senin, 16 April 2012

Asal mula desa Wilo

Desa Wilo dulu merupakan desa yang subur lok jinawih. Keseluruhan warganya merupakan petani palawija. Warga yang terkenal ramah dan baik hati. Setiap pagi suasana begitu ramai dengan suara ayam berkokok dan aktifitas warga yang baru dimulai. Berbondong-bondong kesungai untuk mandi dan mencuci setiap pagi dilakukan. Saat musim tanam di pagi hari terdengar suara nyanyian merdu Sikodok. Suara bedug ditabuh menandakan waktu Subuh telah datang. Dipagi yang sejuk para petani mulai aktifitasnya dan pergi kesawah.

Suatu hari ada seorang wali mengembara dan melintasi desa wilo. Beliau melintasi desa wilo dan menjumpai seorang warga wilo yang sedang minum disawah. Sang walipun meminta seteguk air, karena beliau sedang kehausan setalah menempuh perjalanan jauh. Ternyata sang petani tidak memberikan seteguk air padanya. Sang Walipun mengutuk "Walaupun desa ini berada dibawah kaki gunung dan rakyatnya adalah petani namun desa ini tidak akan memiliki sumber mata air satupun". Benar adanya desa kami desa Wilo tidak memiliki sumber mata air walaupun terletak di bawah kaki gunung.

Sang wali melanjutkan perjalanan sesampainya diperkampungan desa wilo beliau beristirahat. Namun tidak disangka seorang warga malah menghampirinya dan mengajak kerumahnya. Sang warga menjamunya dan memberikan minum serta makan. Sang Walipun tersanjung dengan kebaikan warga ini, seraya terlanjur mengutuk maka sang Wali mendoakan "Walaupun desa ini tidak memiliki sumber mata air, semoga Allah memberikan air yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun bertani. Dalam perjananan hidup anak cucunya tidak kekurangan air yang mengalir dari sumber mata air diatas desa ini, (yang di maksudkan adalah sumber mata air dari desa yang lebih tinggi dari desa Wilo). Sang wali berkata untuk itu kalian buatlah selamatan dengan menggunakan ketan hitam untuk membuang sial atas keburukan sikap diantara kalian.

Sang sesepuh desapun memberikan nama Wilo, diambil dari kata Wiwilan Olo yang berarti secuil keburukan. Yang dimaksudkan adalah secuil keburukan sikap seorang warga maka seluruh warga yang menanggung akibatnya. Dari cerita ini menggambarkan bahwasanya pandangan seseorang terhadap keburukan sebuah desa kadang tidak menandakan buruknya perilaku warga sebuah desa.
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar terbaik kalian dan jangan nyepam yach.